Untuk memulai tulisan tentang geliat
perempuan di kencah teater Riau, memang terasa berat. Hal ini disebabkan
keterbatasan saya mengumpul nama-nama perempuan yang memberanikan
bertungkuslumus dalam bidan teater. Namun demikian saya merasa terbebani kalau
tidak menulisnya. Untuk itu, saya sangat berbesar hati seandainya Tuan-tuan dan
Puan-puan menambah atau memeberi informasi kepada saya tentang perempaun yang
berani terjun ke dunia teater di Riau.
Sebagian besar nama tokoh teater
perempuan yang saya sebutkan nanti, merupakan bual-bual saya dengan Azuan Razak
(Datuk Bandar) di Mara Studio (AKMR) pada tanggal 20 Mei 2010. Saya pun tidak
membilah apakah tokoh teater perempuan di Riau ini sebagai atris (pelakon)
saja, maupun sebagai sutradara. Bagi saya dalam dunia teater semua elemen
sangat penting. Sutradara tidak akan besar tanpa pelakon, begitu sebaliknya.
Mudah-mudahan tulisan ini tidak berhenti sampai di sini. Paling tidak tulisan
ini membangkitkan semangat pekerja teater, khususnya perempuan dalam mengharumi
nama Riau.
Sebagaimana saya sampaikan di atas,
tulisan ini jauh dari sempurna. Saya tidak memasukan biodata lengkap tentang
tokoh teater perempuan Riau. Cuma nama-nama saja yang dapat saya tulis, itupun
tidak nama lengkap. Semoga Tuan-tuan dan Puan-puan dapat memberikan informasi
lengkap kepada saya mengenai tokoh teater perempuan yang saya cantumkan di
bawah ini.
Nama-nama tokoh teater perempuan Riau:
Opek
Sulastri
Mia
Oneta
Butet KH
Multi Tintin
Eli
Helda Suhada
Endang
Kuni Masrohanti (Penulis naskah, pelakon
dan sutradara)
Dewi MN (Penulis naskah, pelakon dan
sutradara)
Rina (Penulis naskah, plekon dan
sutradara)
Novi Yanti (Pelakon dan sutradara)
Tengku Ira Bahtera (Pelakon dan
sutradara)
Chairani Erbaiti, Inhil (Pelakon dan
sutradara)
Pada 5 tahun belakangan ini, tokoh
teater perempuan yang masih eksis memperlihatkan aktivitasnya adalah Rina, Novi
Yanti, Chairani Erbaiti, Dewi MN dan Kuni Masrohanti. Rina dengan Sanggar
Selembayung-nya, tak henti-hentinya menyuguhkan beberapa kali pementasan, baik
pada festival teater yang ditaja Dewan Kesenian Riau, maupun pementasan
tunggal. Dari aktivitas teater yang dilakukan Rina, yang paling berkesan adalah
ketika Rina bersama Sanggar Selembayung mendirikan kelompok teater anak-anak
“Keletah Budak”. Keletah Budak beberapa kali mengadakan pementasan baik untuk
televisi maupun pementasan di panggung. Pada tahun 2008, Rina menyutradarai
pementasan teater berjudul Cik Apung di gedung Dewan Kesenian Riau. Pementasan
ini juga mewakili Riau dalam Temu Teater perempuan di Lampung tahun yang sama.
Pada tahun 2009, Rina menggarap pementasan Awang Putih dipentaskan di Anjung
Seni (gedung seni) Idrus Tintin, Bandar Serai, Pekanbaru Riau. Pada tahun 2010,
Rina bersama Keletah Budak-nya menggarap teater yang ditayangkan di Riau
Televisi. Ke depan, tahun 2011, Rina juga telah memprsiapkan pementasan untuk
Keletah Budak. Pada tahun 2012, tepatnya bulan Juni, Rina kembali memantaskan
karyanya berjudul Melodi Pengakuan.
Novi Yanti, Dewi MN, dan Kunni
Masrohanti belakangan ini lebih banyak bersama menggarap teater. Dalam catatan
saya mereka bertiga mengadakan pementasan Dialog Orok pada tahun 2008 di Taman
Budaya Riau. Pada tahun 2009 ketiga perempuan itu juga menggarap pementasan
berjudul Perempuan-perempuan yang dipentaskan di Anjung Idrus Tintin,
Pekanbaru, Riau. Tahun 2010 Novi lebih fokus menggarap murid-murid sekolahnya
dan pada tanggal 18 Desember 2010 bertempat di Tamam budaya Riau, Novi
menggelar pementasan teater berjudul Batu Belah Batu Bertangkup. Untuk tahun ke
depan, Novi Yanti akan menggelar pementasan teater berjudul Persimpangan
bersama muridnya. Dewi MN dan Kuni Masrohanti nampaknya untuk tahun ke dapan
belum mempunyai plan memperlihatkan kebolehan mereka. Pada bulan Juli 2012,
Kunni Masrohanti mementaskan naskah GP Ade Dharmawi berjudul Peri Bunyian.
Chairani Erbaiti merupakan tokoh teater
perempuan Riau yang bermastutin di luar Pekanbaru, Tembilahan (Inhil) tepatnya.
Chairani Erbaiti merupakan tokoh teater perempuan lama yang sampai sekarang
masih memperlihatkan kecintaannya terhadap dunia teater dengan melakukan
beberapa kali pementasan. Chairani yang tercatat sebagai guru di SMA Negeri 1
Tembilahan, mengadakan pementasan bersama muridnya. Ada beberapa pementasan
teater Chairani yang tercatat. Pada tahun 2006 Chairani menggelar pementasan
teater berjudul Senandung Semenanjung di Taman Budaya Riau. Pementasan ini juga
dipentaskan di Jakarta. Tahun 2007 naskah berjudul Katobong selain dipentaskan
di Taman Budaya Riau, juga dipentaskan di Jakarta. Tahun 2010 Chairani bersama
sanggar teaternya Bujang Dara, menampilkan pementasa teater berjudul Menggapai
Hasrat.
Inilah selintas pandang tentang tokoh
teater perempuan di Riau. Sesuatu yang membanggakan dan merupakan spirit yang
pantas diapresiasikan. Dari pementasan yang saya saksikan, tokoh teater
perempuan Riau ini, tidak membuat sekat antara lelaki dan perempuan. Bagi
mereka, (menurut pendapat saya) lelaki dan perempuan memiliki peranan yang sama
di atas bumi ini. Mereka, seperti kebanyakan kelompok teater perempuan di
negara tercinta ini, tidak menggugat
kehadiran keperempuanan mereka di atas panggung. Semua pementasan yang mereka
pegelarkan bersifat universal tentang kemanusiaan secara umum. Hal ini
merupakan kekuatan tersendiri bagi Riau, sebab bagaimanpun juga, kebudayaan
Melayu Riau memberikan porsi yang sama antara perempuan dan lelaki. Ini bisa
kita lihat dari teater tradisi Melayu, Makyong, yang meletakkan perempuan
sebagai tokoh sentral.
Mudah-mudahan catatan yang tidak
seberapa ini, memunculkan pekerja teater perempuan di Riau. Dan saya mohon maaf
kalau ada tokoh teater perempuan Riau yang belum tercatat dalam catatan ini.
Terima kasih.