Senin, 18 Maret 2013

Menggugat Tradisi atau Tradisi Menggugat


Pementasan Teater ‘PROTAGONIS’ 
22-24 Maret 2013 di Anjung Idrus Tintin, Bandar Serai (Purna MTQ), Pekanbaru

Kita pada hari ini, tidak dapat tidak, dihadapkan dengan permasalahan keseragaman. Siapa yang menguasai media, maka dialah sang pemenangnya. Diperlukan keberanian untuk muncul dipermukaaan keseragaman ini, maka jalan yang harus ditempuh adalah menjunjung tradisi sebagai kekuatan.
Mengetengahkan tradisi pada hari ini, bukanlah pekerjaan yang mudah, tapi harus dilakukan, kalau tidak kita pun terbenam dalam keseragaman. Orang-orang masa kini  (terutama generasi muda) setiap saat ‘bernafas’ dengan kebudayaan asing yang didapat dari kecanggihan teknologi seperti tv, dvd, internet dan lain sebagainya. Fenomena ini menyebabkan nilai-nilai luhur yang ada pada tradisi terkikis dari benak kita hari ini.
Tentu saja, sebagai orang yang hidup pada hari ini, kita juga dituntut memahami perkembangan pikiran dan tingkah laku orang pada hari ini. Membancuhkan tradisi dengan pemikiran hari ini sangatlah diperlukan. Sebagaimana kita ketahui, bahwa tradisi bukan benda suci yang harus kultuskan sehingga tidak dapat disentuh. Tradisi merupakan pondasi untuk menegakkan pikiran hari ini. Maka tidak ada salahnya kekuatan tradisi dipadukan dengan kekuatan hari ini, dan naskah berjudul PROTAGONIS yang ditulis Monda Gianes, beruapaya melakukan penggabungan itu.
Tiada yang menggugat dan tiada pula yang tergugat. Memilih menjadi sesuatu yang harus dilakukan untuk tetap tegar berdiri di gelombang waktu. Tradisi memiliki hak untuk berbagi, dan modern juga berhak untuk mendedahkan diri. Dalam pementasan teater PROTAGONIS ini, Teater MATAN dengan sutradara Monda Gianes, mendedahkan permasalahan memilih. Monda Gianes dengan berani memunculkan tokoh-tokoh teater tradisi Melayu di tengah sibuknya generasi muda memuja K-POP. Adalah Mak Yong, Awang, Dewa Mendu, Harapan I, Khadam merupakan tokoh-tokoh teater tradisi Melayu yang berhadapan dengan permasalahan hari ini.
“Mengapa kita tidak berani memunculkan tokoh-tokoh tradisi kita, sementara orang lain berani mengedepankan tokoh-tokoh tradisi mereka. Gatot Kaca, Petruk, Gareng, Semar, merupakan tokoh dalam teater tradisi Jawa yang pada hari ini tidak asing di telingga kita,” ujar Monda Gianes.   

Baca Selanjutnya >>

Sabtu, 09 Maret 2013

Menggabungkan Aktor Lama dan Aktor Baru



Garapan Teater ‘PROTAGONIS’

Garapan teater berjudul PROTAGONIS naskah dan sutradara dikerjakan oleh Monda Gianes, memiliki makna tersendiri bagi Teater MATAN. Selain garapannya menggabungkan nilai tradisi dan modern, garapan teater ini juga menggabungkan aktor lama dan aktor baru. Bambang Kijok, Dewi MN dan Jefri Al Malay merupakan pemain teater yang sudah lama tidak naik panggung. Mereka hilang ditelan rutinitas pekerjaan mereka, padahal mereka memiliki potensi besar di dunia teater.
Di saat gagasan PROTAGONIS dibentangkan pada akhir tahun 2012, mereka (Kijok, Dewi dan Jefri) bersedia dan bersemangat untuk turun gelanggang. Rupannya teater belum terkikis dari hati mereka. Kijok yang kini sibuk mengurus perusahaan EO-nya, walaupun volume latihannya tidak seperti kawan-kawan lain, Kijok berusaha tetap hadir latihan. Jefri Al Malay, tercatat sebagai guru di Bengkalis, sangat antusias ikut bergabung dalam garapan PROTAGONIS ini. Begitu juga Dewi MN, yang kesehariannya menggurus anak-anak sekolah Tunas Bangsa, meluangkan waktunya untuk tetap latihan. ‘Darah’ teater yang ada di tubuh mereka memang tidak bisa dihilangkan. Bagi mereka, ada kepuasan batin yang susah diungkapkan di dunia teater. “Duit memang tidak ada, tapi teater memenuhi batin saya,” ujar Kijok yang pernah menyutradarai naskah Burung Tiung Seri Gading karya Hasan Junus ini.
Sementara itu, aktor baru yang ikut garapan Monda ini, antara lain Juliardi, Erik Febrian, Habib Syahbana, Ade Fuazi, Al, Aidil, Dwi dan Ria. Dari sekian nama ini, mereka belum pernah ikut andil di garapan Teater MATAN dan garapan PROTAGONIS inilah yang pertama kalinya. Jul, Erik dan Habib yang dikenal dengan sebutan Tiga Pendekar ini, memang seperti menjadi ikon Teater MATAN. Dalam garapan PROTAGONIS, ketiga pendekar itu akan memperlihatkan kebolehan mereka selain berakting juga dibebankan untuk menari modern dance.
Selain penggabungan aktor lama dan aktor baru, garapan PROTAGONIS ini juga diperkuat aktor-aktor yang sudah terbiasa dengan garapan Teater MATAN. Deni Afriadi, Syarifuddin, Ridwan, Fahru, Siti Aminah, Rosimah, Riki, Jamaludin akan memperlihatkan akting dan sekaligus menari dan bernyanyi di PROTAGONIS ini. “Garapan kali ini, kami bukan saja dituntut bisa berakting dan menari, kami harus juga bernyanyi. Garapan Bang Monda ini, ada tarian dan nyanyian di dalamnya,” ujar Deni Afriadi senang.

Baca Selanjutnya >>