Kukalung sungai kukalung
Kukalung ikan-ikan
Kukalungkan sirip-sirip perih
Ngilu tulang-tulang
Kukalung sungai kukalung
...
Inilah Riau
dengan bentangan karya sastra yang mengakar menjadi kekuatan rohani dan sebagai
penghantar kekuatan jasmani. Maka sangatlah tepat pada acara pembukaan PON
XVIII di Riau (11/9), para ‘penukang’ acara pembukaan yang notabene budayawan
dan sastrawan Riau menggusung Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum
Bachri, membacakan puisinya penghantar penyalaan api PON di kaldron.
Sepengal puisi
Sutardji Calzoum Bachri berjudul Kukalung
yang dikutip di atas, merupakan gambaran bahwa peradaban manusia di mulai dari
sungai (air). Aktivitas sungai merupakan pondasi yang membentuk segala
aktivitas kehidupan termasuklah olahraga. Karya sastra merupakan ‘teropong’
sekaligus ‘cermin’ untuk melihat sekaligus mendedahkan aktivitas kehidupan,
sehingga kita dapat memeluk kearifan untuk berbuat lebih baik lagi.
Sebagaimana
diketahui bersama, bahwa Riau selain penyumbang kekayaan alam terbesar untuk
negeri ini, Riau juga ‘menyumbang’ bahasa sebagai pemersatu. Maka jadilah Supah
Pemuda; menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Dengan bahasa Melayu
‘dinobatkan’ sebagai bahasa Indonesai, sekat-sekat perbedaan terobohkan,
sehingga masyarakat Indonesia yang bermacam suku ini dipersatukan dengan bahasa
yang sama.
Karya sastra
adalah jiwa yang menyalakan kobaran semangat manusia. Dengan kobaran semangat
ini, diharapkan PON XVIII di Riau menjadi ajang menyatukan perbedaan. Pada
acara pembukaan PON XVIII yang lalu dikemas dengan tema ‘Dalam Kasih Sayang
Air’ menyuguhkan karya-karya sastra itu. Baik karya sastra lama, maupun karya
sastra modern, seperti yang dibacakan Sutardji Calzoum Bachri.
Sutardji Calzoum
Bachri, merupakan penyair Indonesia yang diberi gelar Presiden Penyair
Indonesia. Sutardji lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, dan bermastautin di
Jakarta. Dalam setiap puisinya, Sutardji mengangkat kekuatan lokalitas Melayu
menjadi roh puisinya. Dialah penyair pertama di Indonesia yang berani mengeksplorasi
kekuatan lokalitas menjadi karya masa kini. Dengan mantranya, Sutardji Calzoum
Bachri mengabarkan bahwa Melayu Riau memiliki kekuatan untuk mempersatukan.
‘Keberanian’ Sutardji Calzoum Bachri mengokah tradisi (puisi lama Melayu)
menjadi puisi modern, sehingg karya-karya sastranya menjadi penobrak karya
sastra di Indonesia.
Pada acara
pembukaan PON XVIII, Sutardji Calzoum Bachri, hadir menghantarkan puisinya
untuk membuka jalan penyulutan api PON. Memilih Sutardji Calzoum Bachri
membacakan puisinya, bukan tanpa alasan. Sutardji merupakan warga kehormatan
Riau yang dinobatkan pada sidang paripurna DPRD Riau pada ulang tahun emas
Provinsi Riau lima tahun yang lalu. Selain itu, dalam karya-karya sastranya,
Sutardji ‘membawa’ kearifan orang Riau di kencah nasional maupun internasional.
Maka jadilah Sutardji menyulut api PON menerjang segala rintangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar