Memperingati
sesuatu hal itu esensinya adalah membangkitkan semangat untuk berbuat lebih
lagi dari waktu-waktu yang telah dilewati. Untuk membangkitkan gairah teater di
Riau agar lebih baik dari hari kemarin diperlukan peristiwa tempat memulai
melangkah. Peristiwa itu bisa saja ‘disemburkan’ dari peristiwa monumental di
bidangnya, atau ‘dikokah’ dari tokoh yang bertungkuslumus atau tunak pada
aktivitasnya.
Almarhum Idrus
Tintin merupakan tokoh teater Riau yang sampai akhir ayatnya tetap mencintai
dunia teater. Pengorbanan Idrus Tintin untuk menghidupkan kelompok teaternya
sangatlah besar. Dari beberapa kawan bercerita bahwa Idrus Tintin sanggup menggadaikan
cincin emas istrinya untuk membiayai pementasn teater. Selain itu, Idrus Tintin
juga rela meninggalkan pekerjaan untuk tetap eksis di dunia teater. Dari
‘sentuhannya’ jugalah bermunculan tokoh-tokoh teater di Riau ini, ketika beliau
menjadi guru di SMAN 2 Pekanbaru. Pada zaman beliau mengajar di SMAN 2
Pekanbaru, siswa-siswa diwajibkan mementaskan teater 1 bulan sekali.
Kegelisahan
Idrus Tintin terhadap kehidupan teater di Riau menyebabkan dia harus terus
‘menghasut’ generasi muda Riau untuk bertahan di dunia teater. Teater bagi
Idrus Tintin adalah jalan hidup untuk menemukan kesejatian sebagai manusia. Hari-hari
Idrus Tintin adalah teater. Beliau tidak mau berpisah dengan teater walaupun
sekejap. Dan bilau berharap, generasi muda Riau yang memilih teater sebagai
jalan hidup, melakukan hal yang sama dengan dirinya. Teater itu adalah
kehidupan itu sendiri, dan harus dijalani dengan keseriusan.
Idrus Tintin
lahir di Rengat pada tanggal 10 November 1932. Masa kecilnya dihabiskan di
Tarempa, Kepulauan Riau. Pada tahun 1941, Idrus Tintin, ikut pindah bersama
keluarga ke Tanjungpinang. Di Tanjungpinang Idrus Tintin tinggal di Asrama Dai
Toa. Di asrama inilah Idrus Tintin mengenal dunia teater (drama). Kelompok
teater yang dipimpim Raja Khatijah menjadi laman ekspresi Idrus menekuni dunia
perannya. Bersama kawan-kawan mementaskan drama berbahasa Jepang di Gedung
Daerah Tanjungpinang.
Rasa cinta
terhadap dunia teater, Idrus Tintin harus berkali-kali pula berhenti bekerja.
Pada tahun 1957 jabatan Kepala Kantor Sosial Kewedanaan Pulau Tujuh,
ditinggalkannya. Bersama Hanafi Harun, Idrus Tintin menderikan kelompaok
teater. Sebelumnya pada tahun 1952, Idrus Tintin mendirikan kelompok teater
Gurindra di Tarempa. Geliat teater bersama Hanafi Harun dibuktikan dengan
mementaskan pergelaran teater berkali-kali. Naskah drama yang dipentaskan
antara lain Buihdan Kasih Sayang Orang Lain, Bunga Rumah Makan, Awal dan
Mira.
Jadi benar apa
yang dikatakan kebanyakan aktor, bahwa seorang aktor tidak akan pernah puas
berada di atas panggung. Mungkin hal yang sama dirasakan oleh Idrus Tintin.
Pada tahun 1959, Idrus Tintin bergabung dengan Galeb Husien. Pada tahun ini
mereka mementaskan teater berjudul Pasien, sutradara Galeb Husien dan Asisten
Sutradara Idrus Tintin dan dipentaskan depan kantor RRI Tanjungpinang.
Idrus Tintin
tidak pernah puas dengan ilmu teater yang dimiliki. Ia pun berkelana ke
Jakarta. Di Jakarta, Idrus Tintin bergabung dengan Montinggo Busye, dan ikut
berperan dalam pementasan berjudul Kereta Kencana. Beliau terus berkelana
sampai ke Solo dan Surabaya, mementaskan beberapa karya teater yang ia terlibat
di dalamnya.
Sejauh burung
terbang akan kembali ke sarangnya. Setelah lama mengarungi Pulau Jawa, pada
tahun 1960, Idrus Tintin kembali ke Rengat. Di Rengat Idrus Tintin menikah
dengan seorang gadis bernama Masni, dan mencoba bekerja di Kantor Penerangan
Rengat. Pada masa ini juga Idrus Tintin mendirikan kelompok teater. Bersama
Taufik Effendi Aria, Bakri, Rusdi Abduh menggelar beberapa karya
teaternya.
Di Pekanbaru,
Idrus Tintin terus berkarya. Pada Tahun 1973 naskah berjudul Harimau Tengkis
dipentaskan di Balai Dang Merdu. Idrus Tintin menjadi sutradara dalam
pementasan ni, dibantu BM Syamsuddin. Para aktor yang terlibat Faruq Alwi,
Patopoi Menteng, Akhyar dan Yusuf Dang, mendapat sambutan hangat dari penonton.
Dan pada tahun ini juga, Idrus Tintin berhenti menjadi karyawan penambangan
pasir.
Pada tahun 1974,
Idrus Tintin mendirikan kelompok Teater Bahana. Teater Bahana inilah
memunculkan tokoh-tokoh teater Riau berikutnya. Teater Bahana menjadi ikon
teater di Riau pada zamannya. Naskah-naskah luar negeri, terutama naskah
realis, menjadi bahan untuk dipentaskan di atas panggung oleh kelompok
ini.
Almarhum Idrus
Tintin juga selalu jadi rujukan oleh pekerja teater di Riau, baik sari segi
ketunakkan beliau di bidang teater maupun dari sikap beliau dalam keseharian. Maka
tidak salahlah, untuk membangkitkan semangat teater di Riau, hari kelahiran
Idrus Tintin yang jatuh pada tanggal 10 November dijadikan pancang sebagai Hari
Teater Moder Riau. Pada tahun 2011, Almarhum Idrus Tintin mendapat tanda
kehormatan dari pemerintah Indonesia berupa Bintang Budaya Parama Dharma. Tanda
kehormatan ini merupakan penghargaan pemerrintah terhadap tokoh-tokoh yang
berjuang di bidang kebudayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar