Di zaman modern
ini, menurut pakar futuristik, ada dua yang menjadi identitas bangsa atau
wilayah. Pertama, agama dan kedua adalah seni. Di Provinsi Riau, masing-masing
daerah atau kabupaten memiliki kekhasan hasil karya seni. Hasil karya seni yang
ada di Riau dapat dijadikan media penyampai pesan oleh pemerintah.
Untuk
menyampaikan pesan ke tengah masyarakat inilah, Badan Kebangsaan Politik
Lingkungan Masyarakat (Kesbangpollimas) Provinsi Riau menggelar Sosialisasi
Nesional dan Kebangsaan Melalui Seni dan Budaya Melayu 2012. Pergelaran yang
berlangsung pada tanggal 20 Oktober 2012 (malam Ahad), menampilkan pergelaran
kesenian dari masing-masing daerah kabupaten/kota se Provinsi Riau. Pergelaran
ini berlangsung di Laman Bujang Mat Syam, Bandar Seni Raja Ali Haji.
Pergelaran seni
pertunjukan yang dibungkus dengan tema Sosialisasi Nasionalise dan Kebangsaan
ini, menampilkan bermacam seni pertunjukan. Kabupaten Kuansing, menampilkan
karya musik yang berjudul Malang Tibo di Badan In D. Dalam sinopsis yang
dibacakan oleh MC, bahwa garapan ini berpijak dari tradisi yang ada di
Kuansing. Garapan yang digarap oleh Miko, dan didukung 10 pemian musik ini
bercerita tentang nasib yang mendera setiap manusia. Permasalahan manusia ini, dapat
diatasai apabila manusia itu menyadari bahwa kerja keras merupakan solusi
menyelesaikan masalah. Musik yang dimulai dengan alunan mendayu, lalu di tengah
keras dan diakhiri dengan alunan mendayu kembali, menyiratkan bahwa hidup manusia seperti gelombang.
Kabupaten Rokan
Hulu, menyuguhkan karya tari yang berjudul Cegak Latah. Karya tari ini
bercerita tentang perjuangan orang kampung mempertahan tanah kelahiran dari
penjajah. Dengan sekuat tenaga dan saling membantu mengusir penjajah. Garapan
yang ditukangi oleh Erni Lestari ini, sangat energik. Gerakan-gerakan
berpariasi dengan komposisi yang harmonis, ditambah musik yang apik, menjadikan
karya tari ini memikat dinaikmati.
Sementara itu,
Kabupaten Kampar mengangkat seni tari berjudul Bugagajo (Bujang Gateh Jo Gadih
Jongket). Karya tari yang dikemas oleh Elfhera Rosawati ini, mengisahkan
bagaimana pemuda-pemudi bersenda gurau dalam mengisi kehidupan ini setelah selesai
menjalankan aktivitas sehari-hari. Didukung 5 penari dan 5 pemusik, dalam
garapan tari ini, Elfhera mencoba mengeksplorasi kehidupan pemuda dan pemudi
kampung dengan kegembiraan.
Kabupaten
Indragiri Hilir mementaskan teater garapan Deni Afriadi. Pementasan teater
berdurasi 25 menit ini, bercerita bagaimana kebudayaan asing menjadi ‘virus’
mematikan kebudayaan lokal. Mengambil suasana kerajaan, karya teater yang
berjudul Mahkota Kebudayaan, dimulai dengan kegelisahan raja menyaksikan
generasi muda di kerajaannya kehilangan identitas. Kegelisahan itu
bertambah-tambah, ketika menyaksikan putrinya sendiri sudah bergaya seperti
remaja bangsa asing. Pementasan ini ditutup dengan harus turun ke masyarakat
menyosialisasikan kebudayaan tempatan.
Dua kabupaten
lainnya, yaitu Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu, menyuguhkan pementasan
teater. Kabupaten Pelalawan menggelar pementasan teater berjudul terdampar,
Pementasan teater ini mengisahkan perjuangan prajurit-prajurit yang terdampar
di hutan, namun semangat untuk mempertahankan negeri ini, tetap membara.
Sementara itu, Kabupaten Indragiri Hulu, mengangkat teater berjudul Arti
Penting Hidup Sehat, mengabarkan bahwa dari keluargalah memancarkan
keharmonisan bernegara.
Pementasan
Sosialisasi Nasionalisme dan Kebangsaan Melalui Pertunjukan Seni dan Melayu
2012 yang ditaja Badan Kesbangpollimas ini, ditutup dengan pementasan kelompok
musik Belacan Aromatic yang mewakili Provisni Riau. Sebanyak tiga karya musik
yang ditukangi Zalfandri alias Matrock dipegelarkan. Pementasan musik ini mampu
mengkolaborasikan musik tradisi dengan musik kekinian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar